Ketua Badan Kehormatan DPD RI, AM Fatwa mengaku tidak takut dengan ancaman yang dialamatkan kepadanya. Ia mengatakan lebih takut jika jiwanya mati karena tidak bisa berjihad melawan kedzaliman.
Hal itu ia sampaikan ketika mengunjungi warga korban penggusuran di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, bersama rombongan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan tokoh lainnya, Selasa (10/05/2016).
“Saya sendiri sudah diteror dengan telepon dan SMS, tapi saya tidak takut untuk itu. Kita lebih takut ‘mati’ sebelum mati, itu yang perlu ditakuti,” ujar Fatwa.
Sebagai wakil rakyat, ia menyatakan akan terus memperjuangkan nasib warga yang terdzalimi khususnya dalam kasus penggusuran di kawasan Luar Batang.
“Kita harus terus bersama membela nasib rakyat yang terdzalimi. Itu gunanya seharusnya wakil rakyat,” ungkapnya.
Anggota DPD ini juga mengatakan telah menyampaikan keberatan kepada Panglima TNI dan Menteri Pertahanan karena adanya keterlibatan aparat dalam menggusur permukiman warga.
“Saya sudah protes, kenapa pasukan digunakan oleh Ahok (Gubernur DKI) untuk menggusur rakyat. Karena itu bukan tujuan TNI diadakan, TNI adalah untuk membela dan mempertahankan negara, bukan untuk berhadapan dengan rakyat,” jelasnya.
Cara seperti itu, menurut Fatwa, jika terus dipaksakan akan bisa menyebabkan terjadinya tragedi kerusuhan layaknya peristiwa Tanjung Priok tahun 2010.
“Saya sudah menyampaikan kalau ini dipaksakan terus kebijakan gubernur Ahok dan memperalat aparat, bisa terjadi kerusuhan seperti peristiwa Priok. Bahkan bisa lebih mengerikan,” tandasnya mewanti-wanti.
Sebelumnya diketahui, Fatwa mendapatkan teror ancaman dari orang tidak dikenal melalui telepon seluler pada 6 Mei lalu. Ia telah melaporkan kejadian itu kepada pihak kepolisian. Laporan bernomor: LP/2204/V/2016/PMJ/Dit.Reskim itu sedang dalam penyelidikan.
Ancaman via pesan singkat (SMS) tersebut berbunyi “SAMPAIKAN KE FATWA JANGAN URUS ORANG LAIN URUS AJA KELUARGAMU KALO MAU SELAMAT”. Mendapat ancaman itu, Fatwa mencoba menghubungi kembali nomor sang pengancam.
Namun saat dihubungi nomor itu sudah tak aktif. Seperti laporan yang diterima polisi, dia mengaku menerima SMS melalui telepon selular nomor 08589259xxxx. Dalam pesan tersebut pelaku menyampaikan ucapan bernada ancaman pada Jumat (06/05/2016) pukul 08.00 WIB.
Diwartakan media, anggota DPD RI asal DKI tersebut mengakui, ancaman itu terjadi setelah beberapa kali ia mengkritik kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atas rencana penggusuran Luar Batang.
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
ADS HERE !!!